- Back to Home »
- Pemuda Islam Dan Kebangkitan Umat
Posted by : Intelectual Moslem Community
Minggu, 13 Desember 2015
Dewasa ini, jika dengan
seksama memperhatikan keadaan disekitar, maka akan didapati bahwa para pemuda
islam telah sibuk terlalaikan dengan aktivitas-aktivitas yang sia-sia bahkan
cenderung berdosa. Aktivitas-aktivitas yang terbalut nafsu syahwat sebagian
besar telah memenuhi ruang berfikir dan bertindak para pemuda islam di negeri
ini. Hal ini pun terbukti ketika hasil
survey yang dilakukan Komnas Anak di 12 Provinsi dengan responden 4500 remaja
tahun 2010, bahwa 97% remaja Smp dan Sma pernah melihat film Porno, 93,7%
pernah bercium hingga petting (bercumbu), 62,7% remaja Smp sudah tidak perawan
dan 21,2% remaja Sma pernah aborsi. Jika pemuda islam telah seperti ini, maka
tidak mengherankan apabila masjid hanya dipenuhi dengan orang tua dan mereka
yang miskin saja, ketika ramashan tiba hanya dijadikan bulan malas-malasan saja
dan makan-makan saja, atau islam hanya dianggap sebagai sisi spiritual saja, maka
bagaiamana islam dapat bangkit kembali dari keterpurukan jika pemuda islamnya
seperti ini.
Namun, ditengah begitu
besarnya arus kebobrokan yang melanda pemuda islam, lantas tidak semuanya
seperti itu, karena masih ada walaupun sedikit saja pemuda yang berusaha untuk
bangkit dari maraknya keterpurukan pemuda islam. Yang berani menyuarakan
kebenaran ditengah-tengah gelombang keburukan ini, walaupun harus terkucilkan
ditengah-tengah keburukan. Hal ini terjadi karena pemuda islam yang berjuang
demi Islam memiliki landasan yang kuat mengapa pemuda yang sedikit ini mampu
bertahan ditengah arus besar keburukan yang melanda sebagian besar pemuda
Islam.
Hal ini tidak lain
karena pemuda islam yang sedikit ini menyadari bahwa keadaan seperti ini yaitu
benyaknya keburukan yang melanda pemuda islam adalah ujian terhadap keimanan
mereka, akankah mereka terbawa arus keburukan atau tetap bertahan dalam
kekuatan iman. “dan masa (kejayaan dan
kehancuran) itu, kami pergilirkan diantara manusia (agar mereka mendapat
pelajaran), dan agar Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan
orang-orang yang kafir) dan agar sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai)
syuhada.”(Ali-Imran;104).
Hal ini merupakan ujian
yang mengharuskan sikap sabar yang kuat dalam diri pemuda islam, hingga
kesabaran yang tanpa batas, sehingga Allah berkehendak memenangkan keburukan
dan memenangkan kebenaran islam. “Dialah
yang telah mengutus rasul-Nya dengan petunjuk (al-Qur’an) dan agama yang benar
untuk diunggulkan atas segala agama, walaupun orang-orang musyrik tidak
menyukainya.” (At-Taubah;33).
Dan merupakan panggilan
kesadaran pemuda islam untuk tetap berada dalam kebenaran islam, seperti dalam
riwayat imam Bukhari dan imam Muslim, Rasulullah saw, bersabda, “akan senantiasa ada dalam umatku, golongan
yang senantiasa menegakkan kebenara, musuh-musuh mereka tidak mampu
membahayakan mereka saat Allah menentukan urusannya.” ini merupakan alasan
mengapa masih ada walaupun sedikit pemuda Islam yang tetap berjuang dalam
kebenaran dan menyampaikan kebenaran untuk melawan keburukan yang sedang
terjadi dan keburukan yang menyerang pemuda-pemuda Islam yang lain, yang tidak
memiliki semangat juang Islam yang tinggi.
Pemuda islam
sesungguhnya adalah sebagai jembatan yang berfungsi sebagai penghubung antara
realitas dengan idealitas. Menyelaraskan antara realitas yang terjadi dengan
syariah Islam sebagai idelitasnya, sehingga setiap pemikiran dan tindakan harus
selalu selaras dan tidak boleh lepas dari koridor syariah Islam. Maka,
aktivitas-aktivitas yang bertentangan dengan syariah Islam harus ditinggalkan oleh
pemuda Islam, karena merupakan konsekuensi dari fungsi pemuda Islam sebagai
jembatan penghubung antara realitas dan idealitas.
Jika sedikit melihat
pada sejarah masa lalu, maka akan terlihat bahwa fungsi pemuda Islam sebagai
jembatan penghubung telah berfungsi dengan sangat baik dan menorehkan prestasi
yang luarbiasa. Rasulullah Saw, dalam mengrekrut kader dakwah hampir sebagian
besar adalah pemuda, Ali bin abi Thalib ( 8 tahun), Zubair bin al-Awwam (8
tahun), Thalhah bin Ubaidillah (11 tahun), Al-Arqaam bin Abil Arqaam ( 12
tahun), Said bin Zaid (20 tahun), Mushab bin Umair (24 tahun), Umar bin Khathab
(26 tahun), Abdurrahman bin Auf (30 tahun) dan Abu Bakar Ash Shidiq (37 tahun),
mereka semua adalah pemuda-pemuda yang sangat luar biasa dalam hal bersabar dan
memperjuangkan kebenaran Islam ditengah-tengan mayoritas keburukan yang
terjadi.
Generasi berikutnya
yang mewarnai dunia adalah Umar bin Abdul Aziz, seorang khalifah yang mempu
mereformasi pemerintahan dengan cepat hanya dalam waktu 2 tahun. Muhammad
Al-Fatih yang dalam usia muda telah mempu memimpin pasukan perang dan berhasil
menaklukkan kota konstantinopel. Dan Shalahudin Al Ayubi, menjadi sultan pada
usia 23 tahun, yang dengan keberanian dan keimanannya mampu mengalahkan tentara
salib dan merebut Baitul Maqdis.
Kesuksesan ini tidak
dengan sendirinya ada, melainkan karena faktor-faktor tertentu yang kemudian
dipenuhi oleh para pemuda Islam; pertama, pemuda identik dengan masa semangat
yang luar biasa, kekuatan semangat inilah yang bisa menghantarkan pemuda Islam
mampu menorehkan sejarah yang luar biasa. Kedua, bekerja tanpa pamrih. Ketiga,
pekerja keras. Keempat, terbuka dan siap berdiskusi. Kelima, memiliki kekuatan
ruhiyah yang mantap. Keenam, kecerdasan berfikir. Ketujuh, penguasaan lapangan.
Kedelapan memiliki visi yang jelas dan terarah. Dan kesembilan, siap bekerja
sama. (Irwan Saputra)